Perempuan rentan mengalami pelecehan, kerap mendapat stigma le- mah dibandingkan laki-laki serta mendapat tuduhan sebagai sumber finah. Dalam struktur masyarakat di Indonesia, perempuan berada dalam posisi yang terbelah. Pada saat banyak perempuan menyampaikan pen- dapat dan perspekifnya, namun tidak sedikit yang menggugat, bahkan ada pihak yang menganggap mereka mencari panggung dan cari perhatian publik.
Fakta demikian menggambarkan suara dan gerak perempuan cenderung dihalangi untuk berkembang secara intelektual dan berpikir secara kritis. Ini menandakan adanya pengabaian ruang perempuan secara struktural dan sosial yang patriarkis. Akibatnya ruang perempuan dalam memproduksi ga- gasan sungguh terbatas dan tidak berkembang (Bell Hooks, 1984). Misal, untuk sekadar bersuara tentang pengalaman terburuknya, perempuan tidak mendapat dukungan karena struktur sosial yang tidak inklusif gender. Dalam kon- disi demikian, perempuan tidak percaya lagi pada dunianya, bahkan tidak percaya terhadap negara. Sehingga jika perempuan mengalami masalah pada dirinya, mereka lebih memilih jalan lain.
