TURC Logo White Transparent
Svg Vector Icons : http://www.onlinewebfonts.com/icon
Search
Search
Close this search box.

Menimang Substansi Rencana Demo Susulan (Kasus Ahok) dan Manfaat bagi Buruh

\"massa-demo-ahok-salat-berjamaah-di-jalan-depan-balai-kota-dki-w56knsbfbz\"
(Sumber Foto: Okezone News)

Demonstrasi yang terjadi pada tanggal 4 November 2016 setelah sholat Jumat merupakan aksi unjuk rasa menyita perhatian media massa. Tindakan tersebut dilakukan di berbagai kota seperti Solo, Malang, Medan, Makassar, Palembang dan masih banyak lainnya. Aksi tersebut berakar dari ucapan yang dilontarkan oleh Ahok saat kunjungannya ke Pulau Seribu dan diduga menggunakan surat dari Kitab suci Al Quran sebagai kutipannya. Banyak analisis yang beredar dari berbagai tokoh nasional tentang ucapan yang dilontarkan oleh sang petahana. Mulai dari pembelaan dari Nusron Wahid yang menganggap bahwasanya apa yang muncul dari mulut Gubernur DKI tidak berisi menistakan agama. Mantan pemimpin GP Ansor tersebut menyebutkan secara analisis semantik (rumpun kajian ilmu Linguistik) ucapan tersebut tidak ada unsur penistaan agama. Merujuk pemberitaan kompas tanggal 2 November 2016, tokoh lain yang bersebrangan dengan Nusron yaitu Habib Rizieq (FPI) masih mendorong agar Ahok dijebloskan ke penjara, bahkan dia mengajukan diri sebagai saksi ahli dalam persidangan Ahok.

Penulis tidak akan membahas mendalam mengenai kasus yang menimpa Ahok, melainkan akan mengulas mengenai penyikapan berbagai pihak atas demonstrasi yang dilakukan pada tanggal 4 November 2016 dan akan terjadi kembali antara 25 November – 2 Desember 2016. NU sebagai salah satu organisasi tersebesar di Indonesia dalam pemberitaan CNNIndonesia.com tanggal 14 November 2016, bahwa Ketua Umum mereka yaitu Said Aqil Siroj menghimbau agar warga NU tidak ikut dalam demonstrasi susulan. Tujuannya adalah menghindari fitnah yang lebih besar lagi. Tuduhan kepada Ahok merupakan fitnah, jika ada demonstrasi susulan maka fitnah akan lebih besar terjadi lagi dan mengancam keamanan serta ketenangan bangsa.

Pemberitaan kompas tanggal 16 November 2016, memberitakan bahwa sikap Muhammadiyah terhadap demo susulan masih spekulatif dan menghimbau agar masyarakat tidak melakukan prediksi dan spekulatif berlebihan. Komentar yang disampaikan oleh Dahlan Rais tersebut meredam agar masyarakat tidak terpancing isu dan tetap mencaga kebhinekaan.

Aksi tentang dugaan penistaan agama telah menetapkan Ahok sebagai tersangka, oleh sebab itu Kapolri juga menyampaikan permintaan terhadap masyarakat agar tidak turun jalan. Pemberitaan kompas pada tanggal 19 November 2016, memberitakan setelah penetapan Ahok sebagai tersangka, polri akan secepat mungkin merampungkan berkas gelar perkara terbuka. Tujuannya agar kasus tersebut segera bisa disidangkan, ujar Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Mochamad Iriawan. Klaim lain yang dilontarkan dalam pemberitaan serupa, telah terjadi pertemuan antara MUI dan ormas Islam bahwa kedua lembaga tersebut sepakat tidak akan kembali turun ke jalan.

Sedangkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) malah ingin fokus pada pilkada Pernyataan tersebut diperkuat dalam tulisan berita di halaman beritasatu.com yang memaparkan, Ali Sera (Politikus PKS) berujar ingin fokus pada pilkada saja. Dasar argumentasi tersebut karena demo susulan yang akan dilakukan bukan bagian dari proses politik.

Paparan tersebut merupakan pernyataan tokoh yang memiliki massa dalam jumlah besar. Lalu bagaimana dengan buruh ? Serikat Buruh adalah payung organisasi bagi buruh, tujuannya adalah memperjuangkan kesejahteraan bagi anggotanya. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dalam pemberitaan resmi tanggal 14 November 2016 yang dirilis news.okezone.com, bahwa buruh akan siap melakukan mogok mulai 25 November 2016 sampai 2 Desember 2016. Isu yang akan diusung bahwa, Ahok merupakan simbol pelindung kapitalis, bapak upah murah, dan bentuk dari perlawanan akan arogansi kekuasaan karena Ahok selalu mengabaikan supremasi hukum.

Penulis merasa bahwa irisan antara hal yang diusung oleh KSPI dan beberapa organisasi yang akan melakukan demo susulan masih belum jelas. Jika hal tersebut berlanjut ada dua hal yang perlu dipikirkan oleh buruh. Pertama, mogok yang akan dilakukan mulai 25 November – 2 Desember pasti memaksa buruh untuk tidak bekerja, lalu rela pihak pemberi kerja memberikan ijin ? apalagi isu yang dibawa tidak ada hubungannya dengan perjuangan kesejahteraan buruh. Kedua, jika Ahok gagal menjadi Gubernur maka dampak signifikan apa yang buruh rasakan bagi anggota demonstran yang bekerja di luar Jakarta. Karena dalam pemberitaan yang dimuat dale website www.kspi.or.id menyebutkan, Iqbal akan menerjunkan 1,7 Juta anggotanya untuk melakukan mogok nasional di seluruh Indonesia.

Dua komponen tersebut perlu dipertimbangkan ulang, selain pendapat para tokoh dengan organisasinya masing-masing yang juga memiliki massa dalam jumlah besar. Dampak perubahan yang muncul dari sisi ketenagekerjaan tidak akan mengubah apapun, sebaliknya bagi pemberi kerja bisa saja hal tersebut akan digunakan sebagai senjata untuk melakukan pemecatan dengan alasan mangkir karena kegiatan serikat tidak berhubungan langsung dengan isu tenaga kerja. Oleh karena itu, para buruh perlu kritis dalam melihat rencana demo susulan. Penulis tidak mengajarkan anggota serikat harus membelot dari orgnisasinya, sekedar memberikan wawasan informasi bahwa para tokoh pimpinan organisasi Islam pun sudah menganjurkan agar jamaahnya tidak melakuan demonstrasi. Sisi lain, bahwa demo yang akan dilakukan rawan disusupi politisasi isu politik menggunakan dalih agama (penistaan). Oleh karena itu, para buruh hendaknya mempertimbangkan ulang untuk ambil bagian dalam demo yang mungkin akan dipimpin oleh FPI. Melalui tulisan ini, penulis mengajak buruh juga patut mempertimbangkan pula manfaat yang diperoleh serta berani untuk merefleksikan kembali landasan dasar mengikuti demo susulan tersebut kepada pimpinannya sebagai bentuk dari pemikiran kritis.

 

Ditulis oleh: Rahmat Fauzi

Penulis

Trade Union Rights Centre

Tags

-

Bagikan artikel ini melalui:

Dapatkan Informasi Terbaru Seputar Isu Perburuhan!