TURC Logo White Transparent
Svg Vector Icons : http://www.onlinewebfonts.com/icon
Search
Search
Close this search box.

May Day 2024, Jejak Perjalanan Aksi di Bandung

Massa Aksi Hari Buruh di Taman Cikapayang Dago. Foto : Aksarapers

Oleh. Zulfikar

May Day, hari yang biasanya disoroti dengan kegemerlapan iring-iringan dan seruan tuntutan dari pekerja yang berbaris di depan Gedung Sate dan Gedung DPRD Provinsi Jawa Barat, menampilkan wajah yang berbeda di Kota Bandung tahun ini.

Biasanya, gedung-gedung tersebut riuh dengan langkah-langkah demonstran, namun kini mereka sepi. Namun demikian, semangat perjuangan tak pernah padam. Sebaliknya, terlihat sekelompok individu dan organisasi membentuk barisan panjang, menembus jalanan dengan langkah tegap. Mereka menempuh perjalanan sejauh dua kilometer dari Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat menuju Taman Cikapayang di Dago, mengusung aksi kampanye May Day 2024.

Kelompok tersebut merupakan perpaduan dari berbagai elemen masyarakat Bandung Raya: serikat buruh, mahasiswa, pemuda, dan NGO. Di antaranya adalah Konfederasi Serikat Nasional (KSN), Serikat Buruh Militan (Sebumi), komite persiapan Sindikasi, LION, LBH Bandung, Jerat Kerja Paksa, Safety, TURC, Tamansari Melawan, dan Forum Warga Dago Melawan, yang hadir sebagai suara bagi warga yang terancam penggusuran di kota ini.

Dalam aksi yang penuh semangat ini, terdengar beragam tuntutan yang disuarakan dengan lantang. Orasi-orasi yang menggema, mengekspos keresahan yang mendalam dari rakyat pekerja. Suara dari Koperja (Konsolidasi Pekerja Padjadjaran), sebagai representasi pekerja kampus, menyoroti kesulitan pengakuan hak-hak mereka di lingkungan kampus. “Kami sering diintimidasi saat hendak membentuk serikat pekerja di kampus. Upah yang layak dan jam kerja yang manusiawi menjadi impian yang jauh bagi kami, padahal ruangannya begitu luas,” ungkap Enis, ketua Koperdja.

Selain itu, perwakilan Sindikasi Bandung juga mempertanyakan kondisi buruk yang dialami pekerja kognitif. Mereka menyoroti bagaimana himpitan ekonomi memaksa mereka terjerat dalam pola hidup konsumtif, dengan upah yang rendah dan kondisi kerja yang tidak manusiawi semakin memperburuk situasi. “Kami, para jurnalis dan penulis, dibayar per-artikel. Ada yang bahkan dibayar per-view, sehingga kami harus hidup dalam beban utang,” ungkap Hendarto, perwakilan Sindikasi.

Forum Warga Dago Melawan juga mengungkapkan solidaritas dengan perjuangan pekerja, sambil menyuarakan ketakutan mereka akan ancaman penggusuran. “Mayoritas warga Dago adalah pekerja. Kami tidak merasa aman dengan ancaman penggusuran yang selalu mengintai,” ungkap salah satu perwakilan.

Eva Eryani, seorang penyintas penggusuran Tamansari Bandung, juga memberikan kesaksian pahit. Dia menceritakan bagaimana penggusuran telah merampas kualitas hidup warga, membuat banyak dari mereka terpaksa berjuang dalam sektor informal untuk bertahan hidup.

Peringatan May Day tahun ini di Bandung menawarkan narasi yang berbeda. Lebih dari sekadar menyuarakan tuntutan di gedung-gedung pemerintahan yang sepi, mereka memilih mengisi ruang publik dengan semangat perjuangan. Ini adalah panggilan agar masyarakat sadar bahwa semangat perjuangan harus ada setiap saat, tidak hanya pada saat-saat tertentu.

Penulis

Tags

Bagikan artikel ini melalui:

Dapatkan Informasi Terbaru Seputar Isu Perburuhan!