Pendampingan dan fasilitasi Trade Union Right Centre melalui staff lokal untuk Kalimantan Selatan telah berhasil membuat kesepakatan untuk membentuk wadah bersama berupa Aliansi Serikat Buruh Sawit Kalimantan Selatan pada (13/2/2019) lalu. Kesepakatan itu dibuat dengan dasar niat bersama untuk tujuan dan kepentingan yang sama dalam memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan buruh sawit. Dimana langkah awal yang dilakukan itu dengan melaksanakan perayaan hari buruh 1 Mei 2019 lalu.
Keputusan itu lahir pada (8/4/2019) dalam rapat seluruh pimpinan federasi yang sepakat untuk membentuk kepanitiaan perayaan MayDay di Kalimantan Selatan berdasarkan asas mufakat. Serikat yang hadir diantaranya adalah, Federasi Serikat Pekerja Mandiri (FSPM) Sinarmas Kalsel, Federasi Serikat Pekerja Perkebunan (FSP-BUN) Rajawali EHP Kalsel, Federasi / DPC SPP-SPSI Kotabaru, DPC / SBSI EHP Singaland Tanah Bumbu, DPC Hukatan/KSBSI Kotabaru.
Rapat lanjutan Aliansi Serikat Buruh Kalimantan Selatan yang dilaksanakan pada (22/4/2019) kemudian menyepakati perayaan MayDay tersebut dilaksanakan di lapangan Desa Tegalrejo, Kecamatan Kelumpang Hilir Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Masing-masing federasi dipungut iuran sebagai dana swadaya sebesar Rp. 750 ribu, dengan total ada 12 federasi serikat buruh yang ada di Kotabaru.
Dalam menyuarakan tuntutannya, masing-masing federasi mengambil perannya dalam berorasi. Selain itu, federasi juga melakukan konsolidasi dan mobilisasi buruh ke lokasi perayaan MayDay. Sarana dan prasarana perayaan hari buruh seperti perijinan, perlengkapan lokasi dan atribut kegiatan juga tak luput dari perhatian. Semua itu menjadi kesepakatan dalam rapat panitia perayaan hari buruh.
Perayaan MayDay untuk pertama kalinya ini dilaksanakan dengan konsep ‘Panggung Gembira’, dimana didalamnya diisi dengan acara hiburan musik dan pengundian doorprize. Namun hal itu tentunya tidak mengesampingkan hal substantif terkait ketenagakerjaan yang disoroti.
Buruh juga sempat menyampaikan delapan point tuntutannya dalam perayaan MayDay untuk pertama kalinya ini. Tuntutan itu diantaranya adalah, pertama, penetapan UMSK sektor perkebunan kelapa sawit. Kedua, peran kepengawasan ketenagakerjaan. Ketiga, perbaikan pelayanan BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan. Keempat, kejelasan status dan hubungan kerja buruh sawit. Kelima, penerapan struktur dan skala upah. Keenam, berfungsinya lembaga LKS bipartite dan tripartite. Ketujuh, adanya regulasi khusus tentang perlindungan buruh kelapa sawit. Kedelapan, Revisi PP No. 78 disampaikan oleh Federasi SPSI.
TURC dalam hal ini melihat bahwa perayaan ini adalah hal yang positif bagi gerakan buruh di daerah. Terutama gerakan buruh lintas perusahaan dan lintas serikat yang kini telah terkonsolidasi, khususnya di Kotabaru, Kalimantan selatan. Hal ini juga sebagai refleksi kembali gerakan buruh di sektor kebun kelapa sawit yang selama ini tidak terlihat.
Selain itu, ini juga sebagai cara untuk melihat kembali substansi yang ada. Sehingga ini menjadi penting untuk memperjuangkan tata kelola ketenagakerjaan yang ada di Kotabaru, Kalimantan Selatan khususnya pekerja sawit. Meskipun acara ini dikemas dengan acara hiburan.
“Ini terkait dengan kebiasaan dan gaya pergerakan di masing-masing serikat, khususnya didaerah. Tetapi, yang menarik adalah meski kemasannya adalah hiburan temen-temen dilapangan tidak melupakan substansi. Beberapa tuntutan-tuntutan yang terkait dengan substansi ketenagakerjaan itu tersampaikan,” kata Andy Akbar selaku Deputy Director of Institutional Affair TURC.
Akbar menambahkan bahwa dengan pelaksanaan MayDay yang pertama ini, harapannya adalah partisipasi serikat buruh atau pekerja semakin meningkat. Selain itu, kesadaran berserikat juga meningkat. Mengingat pentingnya serikat buruh dalam berserikat. Sehingga MayDay menjadi ruang dan media menyampaikan permasalahan terkait yang ada. Maka, harapannya dengan ini stakeholder dapat melihat dan adanya perubahan tata kelola di sektor perkebunan sawit.
Ketua FSPBUN Rajawali Rahman, menyatakan bahwa perayaan MayDay menjadi penting mengingat perlunya serikat buruh untuk bersatu dan berhimpun dalam sebuah aliansi atau wadah yang dapat digunakan sebagai media perjuangan bersama-sama.
“Banyak permasalahan perburuhan terjadi di Kalimantan Selatan khususnya di Kotabaru. BPJS yang tidak dibayarkan, upah murah, dan dan beberapa permasalahan lainnya menjadi sorotan,” kata Rahman.
Hal itu juga diamini oleh Supian, selaku Ketua FSPM Sinarmas Kalimantan Selatan. Ia menekankan pada status kerja buruh yang mayoritas saat ini merupakan Buruh Harian Lepas(BHL). Menurut Supian, seharusnya BHL adalah buruh dengan status Syarat Kententuan Umum atau Permanen (SKU). Ia juga mendesak agar Pemerintah serius memperhatikan permasalahan status kerja.
“Bekerja dengan status BHL, padahal seharusnya SKU. Itu menimbulkan kerugian bagi buruh tersebut.
Karena ini adalah perayaan MayDay yang pertama di Kotabaru, Kalimantan Selatan hal itu justru menjadi menarik. Aparat keamanan disana seolah masih tampak sangat kaku dan tidak biasa menghadapi hal tersebut. Hal itu terlihat baik dari perizinan tempat, izin keramaian, dan lainnya yang menjadi sangat protektif.
Ini juga merupakan agenda pertama bagi Aiansi Buruh Sawit Kalimantan Selatan sejak terbentuk pada Oktober 2018 lalu. Selain itu, aksi ini juga menjadi penanda gerakan aksi terbesar sepanjang sejarah gerakan buruh perkebunan kelapa sawit di Kotabaru, yang dilakukan bersama-sama dalam aliansi.
Minimnya akses buruh sawit terhadap hiburan menjadikan kegiatan ini sebagai sarana hiburan tersendiri bagi mereka. Sebab, selain diisi orasi-orasi oleh serikat, perayaan ini juga diisi oleh hiburan musik, dan pengundian doorprize. Sehingga hal itu menarik tidak hanya bagi para buruh yang hadir. Namun juga bagi para keluarga dari buruh yang turut hadir dalam perayaan MayDay tersebut.
Tak tanggung-tanggung, Doorprize senilai Rp. 3 juta dibelanjakan menjadi barang-barang kebutuhan rumah tangga. Mulai dari yang sangat sederhana, seperti gelas plastik, hingga alat penanak nasi elektronik, kipas angin, panci, spatula, dan masih banyak barang lagi yang diincar oleh para peserta mayday.
Mengingat titik lokasi perayaan MayDay yang tidak dekat dari pemukiman para buruh, maka para buruh sawit tersebut menggunakan bus sekolah yang sehari-hari menjadi moda transportasi yang disediakan oleh perusahaan untuk mengantarkan dan menjemput anak-anak mereka.
Kiranya ada 30 bus sekolah yang digunakan untuk mengangkut para buruh menuju titik lokasi peringatan MayDay. Penggunaan fasilitas perusahaan untuk transportasi ini dinisiasi oleh masing-masing serikat buruh. Ini juga sebagai tanda bahwa serikat buruh masih memiliki pengaruh yang kuat di perusahaan.
Pasca aksi perayaan MayDay ini, aliansi juga tengah mempersiapkan untuk melakukan audiensi pada Bupati Kotabaru. Audiensi tersebut bertujuan untuk memberikan masukan atas berbagi persamalahan perburuhan yang terjadi. Hal itu dilakukan dengan cara menyampaikan laporan atas permasalahan yang ada, kepada bupati dan membuka jaringan dalam melakukan advokasi melalui dialog sosial. Sehingga, pergerakan buruh tak hanya berhenti di perayaan MayDay saja. (Wean Guspa Upadhi)