Peringatan MayDay tahun 2019 di Jakarta tidak luput dari berbagai aliansi Serikat Pekerja (SP) maupun Serikat Buruh (SB) dan element masyarakat yang melakukan aksi demonstrasi. Meski perayaan tahun ini tidak seramai may day tahun-tahun sebelumnya, namun perayaan tersebut masih menjadi agenda penting bagi gerakan khususnya buruh. Ada dua lokasi yang menjadi pusat demontrasi, yaitu Patung Kuda yang terletak di Jalan Merdeka Barat dan Lapangan Tenis di Kompleks Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta. Beberapa aliansi buruh tampak memadati kawasan Patung Kuda. Aliansi tersebut diantaranya adalah Gerakan Buruh Untuk Rakyat (GEBRAK), Front Perjuangan Rakyat (FPR). Selain itu juga turut hadir beberapa perwakilan Serikat Pekerja (SP) atau Serikat Buruh (SB) yang mewakili beberapa aliansi.
Seperti Federasi Serikat Buruh Garment Kerajinan Tekstil Kulit dan Sentra Industri (Garteks) afiliasi dari Konfederasi Serikat Buruh Indonesia (KSBI), Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN), Serikat Pekerja Nasional (SPN), Serikat Buruh Demokrasi Kerakyatan (SEDAR), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Serikat Pekerja Media dan Industri Kreatif untuk Demokrasi (SINDIKASI), Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI), Federasi Serikat Pekerja Logam Elektronik Mesin (LEM), serta aliansi pekerja rumahan yang didampingi oleh Trade Union Right Center (TURC). Secara terpisah, KSPI, seluruh kegiatannya hanya terkonsentrasi pada satu tempat yaitu di Lapangan Tenis Indoor, Kompleks GBK, Senayan.
Dalam tulisan ini, TURC akan menguraikan bagaimana suasana MayDay di Jakarta. Pun deskripsi mengenai berbabagai aliansi dan tuntutan buruh ditahun 2019 ini akan diejawantahkan secara gamblang.
Front Perjuangan Rakyat
Formasi lama Front Perjuangan Rakyat (FPR) masih dipertahankan. Meski sebenarnya didalamnya ada penambahan organisasi, namun organisasi inti yang tergabung dengan FPR masih konsisten. Diantaranya adalah organisasi Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI), Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA), Serikat Perempuan Indonesia (SERUNI), Pemuda Baru (PEMBARU), Front Mahasiswa Nasional (FMN), Serikat Demokratik Mahasiswa Nasional (SDMN), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Front Perjuangan Rakyat (FPR) dari Provinsi Banten juga turut bergabung, dan Jaringan Aksi untuk Perbahan Indonesia (JAPI), Keluarga Besar Buruh Migrant Indonesia (KABAR BUMI), serta Institute for Nasional and Democracy Studies (INDIES). FPR kali ini mengusung tema “Lawan Seluruh Kebijakan Anti Rakyat dan Tindakan Fasis Rezim Jokowi”.
Tema ini diangkat bukan tanpa alasan. Bagi FPR, kekuasaan Jokowi selama hampir 5 tahun semakin menindas dan memerosotkan penghidupan seluruh buruh dan rakyat Indonesia. FPR juga menganggap bahwa buruh mendapatkan upah rendah, ketidakpastian kerja, beban pajak dan pungutan negara yang semakin memberatkan. Selain itu, ruang demokrasi buruh untuk berserikat, berunding, dan melakukan aksi massa, hingga mogok kerja semakin tertutup. Oleh karena itu, FPR memberikan tujuh tuntutan pada aksi MayDay 2019 ini, diantaranya adalah;
- Cabut PP No. 78 tahun 2015 tentang pengupahan dan naikan upah;
- Turunkan harga kebutuhan pokok, tarif dasar listrik, air, dan Bahan Bakar Minyak (BBM);
- Turunkan pajak bagi buruh, petani, dan rakyat miskin;
- Hentikan pemberian dan perpanjangan HGU dan HPH kepada perkebunan besar, izin usaha bagi pertambangan besar dan taman nasioanl;
- Hentikan segala bentuk pengekangan kebebasan serikat;
- Hentikan seluruh intervensi dan perang agres imperialis Amerika Serikat dan sekutunya;
- Hentikan penggusuranan paksa di Jakarta.
Gerakan Buruh Untuk Rakyat
Tema “Satukan Kekuatan Rakyat, Lawan Politik Oligarki, Bangun Alat Politik Rakyat” dipilih aliansi Gerakan Buruh Untuk Rakyat (GEBRAK) untuk mengambil momentum Mayday. Hal itu tercetus ketika melihat kondisi objektif Indonesia saat ini. Selain itu, GEBRAK juga selalu menyuarakan politik alternatif sebagai jawaban dalam menanggapi berbagai masalah yang ada. Aksi yang dilakukan GEBRAK terdiri dari berbagai serikat, diantaranya adalah Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI), Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), Konfederasi Serikat Nasional (KSN), Sentral Gerakan Buruh Nasional (SGBN).
Beberapa serikat pekerja atau serikat buruh (SP/SB) serta beberapa lembaga dan mahasiswa juga tergabung dalam aliansi ini. Diantaranya adalah Jaringan Komunikasi Perbankan (Jarkom Perbankan), Serikat Pekerja Bank Danamon (SP Danamon), Serikat Pekerja Jhonson (SP Jhonson), Pergerakan Pelaut Indonesia, Festival Film Pendek Indonesia (FPPI), Liga Mahasiswa Nasional Untuk Demokrasi (LMND), Akademi Maritim Indonesia (AKMI), FMK, KPR, Gerakan Pemuda Patriot Indonesia (GPPI), Serikat Mahasiswa Progresif Universitas Indonesia (SEMAR UI), FIJAR, Gerakan Massa Muda Peduli Jakarta (GPMJ).
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), KIARA, Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), Kongres Politik Organisasi Perjuangan Rakyat Pekerja (KPO-PRP), Perempuan Mahardhika, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Hukum Indonesia (STHI) Jentera, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Esa Unggul, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Presidium, LIPS, Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Trade Union Right Center (TURC), Sempro, WPKPK, Komite Pekerja Freeport, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI), KiriSosial, Social Movement Institute (SMI), Barisan Masyarakat Indonesia (BMI).
Nining Elitos, Ketua Umum KASBI menyatakan bahwa momentum MayDay sangat penting untuk menyatukan kekuatan rakyat. Di mana saat ini, kaum buruh dan rakyat Indonesia sedang terpecah oleh sentimen-sentimen rasis dan fanatisme selama proses Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Nining menambahkan, bahwa menurutnya siapapun pemenang pemilu presiden dan siapapun yang mendominasi pemilu legislatif, tak akan membawa perubahan besar bagi rakyat.
Pernyataan lain juga dilontarkan oleh ILham Syah, Ketua Umum KPBI. Ia menyatakan bahwa selama lima tahun ini pemerintahan Presiden Jokowi, tidak terlihat kebijakan-kebijakan pemerintah yang membela kepantingan kaum buruh dan rakyat kecil. Begitu juga pihak oposisi. Tak ada yang sungguh-sungguh berjuang bersama kaum buruh dan rakyat kecil. Bahkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masal justru semakin marak terjadi dan sangat merugikan buruh.
Akan tetapi dalam aksi GEBRAK sempat mendapat hadangan dari aparat kepolisian dengan melakukan blokade massa aksi yang sedang bergerak dari Dukuh Atas menuju Bunderan HI. Setelah negosiasi yang alot dan tekanan massa akhirnya pihak kepolisian membuka blokade. Karena larangan dan blokade ketat, pagar kawat berduri serta pasukan berlapis pihak Kepolisian dan TNI, massa GEBRAK tidak bisa melanjutkan ke depan istana Negara. Aksi kemudian di pusatkan di Patung Kuda.
Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia Garmen Tekstil
Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) Garmen Tekstil (Gartek), memperingati may day 2019 dengan melakukan aksi demontrasi dengan titik kumpul di Patung Kuda (Jalan Merdeka Barat). Sedikitnya ratusan buruh anggota ikut serta dalam aksi tersebut. Dalam aksinya KSBSI Gartek menuntut berhentinya perbudakan modern, cabut PP 78 tahun 2015 tentang pengupahan, berikan kesehatan gratis dan berkualitas untuk rakyat Indonesia, dan tindak tegas pelaku usaha yang melanggar hak buruh.
Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia
Peringatan MayDay tahun 2019 adalah momentum bagi Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) untuk menggelar rapat akbar di Lapangan Tennis Indoor Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta. Rapat akbar tersebut diikuti oleh sedikitnya 50 ribu buruh dari seluruh basis wilayah yang terdapat di Jabodetabek. Dalam rapat tersebut, KSPI mengambil tema “Kesejahteran Buruh dan Demokrasi Jujur Damai”. Mereka menuntut Tolak Upah Murah dengan mencabut PP 78 tahun 2015 dan mendesak pemerintah untuk menaikan komponen Kualitas Hidup Layak (KHL) menjadi 84 item.
Selain itu, mereka juga menuntut untuk menghapus outsourching dan pemagangan yang berkedok outsourching. Peningkatan jaminan kesehatan dan jaminan pensiun juga tak lain menjadi tuntutan mereka. KSPI juga menuntut untuk menurunkan tarif dasar listrik dan harga sembako, serta peningkatan kesejahteraan dan pendapatan bagi guru, tenaga honorer serta pengemudi ojek online.
Tak hanya itu, KSPI juga menyerukan kepada kaum buruh untuk ikut serta mengawal perhitungan C1 di KPU wilayah masing-masing. Hal itu dilakukan demi menegakan demokrasi yang jujur dan damai.
Komite Aksi Perjuangan Buruh Nike
Kali ini, komite Komite Aksi Perjuangan Buruh Nike mengambil tema “MayDay adalah Hari Peringatan Perjuangan Kaum Buruh Sedunia Melawan Kesewenang-wenangan”. Tema ini sengaja diambil karena persolaan perburuhan dan hubungan kerja di Indonesia terutama perusahaan multinasional seperti Nike dan Adidas telah banyak melakukan pelanggaran, karena telah sewenang-wenang terhadap buruh di Indonesia. Komite ini merupakan aksi gabungan. Dimana didalamnya terdiri dari beberapa serikat, diantaranya adalah Sebumi – KASBI PT Kaho Indah Citragarment, Spek – KASBI PT KMK Global Sports, SBN – KASBI PT HTM Indonesia, dan SEBUMI – KASBI PT Bintang Indokarya Gemilang.
Selain itu, pabrik dengan yang memroduksi brand Nike tersebut juga sering melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak, skorsing, membayar upah murah, dan pemberangusan serikat buruh. Tak hanya itu, selama ini pabrik juga telah merampas hak upah layak dan hak berorganisasi. Sehingga, dalam aksi kali ini komite aksi perjuangan buruh Nike menuntut tindakan perusahaan yang berlaku semena-mena terhadap buruh dengan melakukan pemberangusan serikat. Tuntutan itu ditujukan kepada perusahaan pemegang merk Nike, agar bertanggung jawab kepada buruhnya. Serta, perusahaan juga dituntut untuk segera menghentikan perampasan atas upah layak dan kerja layak bagi buruh Indonsia. Serta hapus kerja kontrak kepada buruh Nike dan Adidas.
Buruh juga menuntut perusahaan untuk segera menjalankan protokol kebebasan berserikat dan undang-undang yang berlaku di Indonesia dengan sepenuhnya. Kemudian, menyoal buruh di PT Kaho Indo Citra Garment dan PT Dream Sentisa Indonesia, mereka juga menuntut buruh kedua perusahaan tersebut segera dipekerjakan kembali. (Mohammad Setiawan)